- -


Perkenalkan saya Nugroho, satu-satunya mahasiswa Indonesia di Shorter University, kota Roma, negara bagian Georgia, Amerika Serikat. Saat ini saya tengah menempuh program S1 di Ledbetter College of Business, Shorter University, jurusan akuntansi dengan minor Fraud Examination.Aktivitas utama saya di kampus selain sebagai mahasiswa adalah office assistant of the Director of Student Life and Student Conduct yang sudah saya emban selama kurang lebih dua setengah tahun. Sebelum menduduki jabatan ini, saya pernah bekerja sebagai student assistant of the Cross-Country Head Coach yang membantu persiapan para atlet menghadapi kompetisi tingkat regional dan nasional. Disamping itu, saya pernah menjabat sebagai President of the Shorter University International Society, sebuah organisasi mahasiswa internasional yang beranggotakan lebih dari 60 mahasiswa mancanegara yang ada di kampus. Selama masa kepemimpinan saya, organisasi ini berhasil, untuk pertama kalinya, berpartisipasi dalam sebuah event akbar Rome International Festival pada bulan April 2011 silam. Juga, keaktifan saya sebagai Associate Member pada Association of Certified Fraud Examiners dan Student Member-at-large pada Georgia Society of Certified Public Accountants membuat saya harus rela mengorbankan sebagian waktu tidur demi menyeimbangkan kuliah, ekstrakurikuler, part-time, ibadah, dan sosialisasi.
 


Kisah saya bermula ketika seorang Nugroho kecil, berusia 5-6 tahun, secara spontan berkata, “Pak, ntar aku mau sekolah ke luar negeri” dengan logat tangsi Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, yang sangat kental. Sebagai orang tua yang hanya mampu mengenyam pendidikan setingkat SMP, bapak dan ibu saya hanya tertawa dan meng-iya-kan impian si bocah ingusan ini. Tidak mungkin rasanya. Selang waktu berjalan, satu-persatu berkah Allah SWT menghampiri saya. Beberapa kali mendapatkan beasiswa selama SMP, dan menjadi siswa utusan kota Sawahlunto untuk menempuh pendidikan di SMAN Agam Cendekia, Maninjau, Sumatera Barat. Sebagai sebuah sekolah berasrama yang terletak ditepi danau Maninjau dan menganut sistem semi-militer, SMAN Agam Cendekia mendidik semua peserta pendidikan untuk mandiri dan disiplin. Hardikan pelatih, bentakan senior, latihan fisik, dan tuntutan pendidikan yang sangat tinggi menguji ketahanan fisik dan mental remaja saya selama tiga tahun.
SMAN Agam Cendekia hanya memiliki program Ilmu Alam (IA), sehingga secara tidak langsung persepsi dan pola pikir saya mengenai karir serta jurusan di pendidikan tinggi dimasa depan berada di dalam ruang lingkup ilmu pasti, teknik, MIPA, dan sebagainya. Beberapa bulan sebelum Ujian Nasional (UN), sekolah saya mengadakan simulasi SPMB bekerja sama dengan salah satu lembaga bimbingan belajar dari kota Padang. Ya, saya dinyatakan lolos simulasi pada jurusan yang saya pilih yaitu teknik metalurgi UI dan teknik perminyakan ITB. Tak ada yang bisa melukiskan kebahagiaan saya ketika itu, dan saya merasa this is my path.
Mendekati Ujian Nasional (UN), sebuah lembaga internasional non-profit yang khusus bergerak di bidang pendidikan, berbasis di kota Roma, negara bagian Georgia, Amerika Serikat bernama Ruble International Education Initiative (RIEI) menawarkan beasiswa penuh untuk melanjutkan kuliah ke Amerika Serikat. Penerima beasiswa terikat kontrak kerja dengan Pemerintah Daerah Sumatera Barat untuk segera kembali dan mengabdi ke daerah setelah masa pendidikan berakhir. Sebagai syarat tambahan, penerima beasiswa tidak diberi kesempatan pulang ke Indonesia sebelum menyelesaikan pendidikan S1 selama 4 tahun, kecuali atas biaya sendiri. Tantangan yang sangat berat, apalagi pengetahuan saya tentang Amerika sangatlah minim, hanya sebatas apa yang saya lihat di film atau berita di media massa. Belum lagi adanya isu perbedaan agama dan rasisme yang sering memicu konfik di negeri Paman Sam tersebut. Atas dorongan dari guru dan keluarga saya, akhirnya saya setuju untuk mengikuti tes. Lewat telepon, Bapak saya menceritakan impian seorang Nugroho kecil yang ingin menempuh pendidikan ke luar negeri, dan jujur saya sangat terkejut. “Ini jalan ke mimpimu, Nak” kata Bapak. Tahapan tes saya jalani, dan Alhamdulillah saya terpilih menjadi salah satu dari tiga penerima beasiswa dari RIEI.
Tiba saatnya pengisian formulir, dan disinilah keteguhan hati serta pendirian saya diuji. Layaknya formulir dari universitas lainnya, calon mahasiswa baru harus memilih jurusan yang diminati. Ada dua formulir dari dua universitas yang berbeda yang harus saya isi yaitu dari Berry College dan Shorter University. Namun sayangnya, tak satupun dari kedua universitas tersebut yang menawarkan jurusan yang sesuai dengan minat terbesar saya ketika itu: teknik perminyakan. Entah bisikan dari siapa, pada kolom others, please specify saya menulis Petroleum Engineering; dan saya memilih satu jurusan lain yang tersedia yaitu English.
Beberapa waktu berselang, suatu malam seorang perwakilan dari RIEI mengunjungi sekolah saya dengan maksud memberikan surat bukti penerimaan dan beberapa berkas penting lainnya. Namun, Mr. Eddy Ruble, the Asia Regional Representative, ingin bertemu langsung dengan saya. Ya, tebakan Anda benar. Dengan berat hati dan gaya bicara yang hati-hati, Mr. Ruble memberitakan bahwa kedua universitas tersebut TIDAK dapat menerima saya dengan alasan mereka tidak menawarkan program Petroleum Enginering. Seketika suasana hening dan saya tertunduk. Petir baru saja menyambar dan membakar saya hidup-hidup. Lidah kaku dan kelu. Mungkin Mr. Ruble membaca ekspresi kekecewaan saya. Beliau angkat bicara dan menawarkan dua pilihan (1) Tetap meniti karir sesuai minat saya di teknik perminyakan di universitas di Indonesia dan RIEI akan membantu biaya kuliah, atau (2) Pindah jurusan dan tetap diberi kesempatan kuliah ke Amerika dengan beasiswa penuh dari Shorter University dan RIEI. Masih teringat jelas paras Mr. Ruble ketika menatap saya dan bertanya (kira-kira seperti ini kalimatnya), “What would you like to study other than Engineering?” Dan petir keduapun menyambar ulu hati saya, namun kali ini memberikan saya jawaban dan keberanian, “Business,” jawab saya singkat. “OK, that’s good” timpal Mr. Ruble.
Malam itu adalah malam bersejarah. Malam transformasi saya dari seseorang yang mengidolakan teknik perminyakan dan sama sekali buta akan disiplin ilmu yang lain menjadi calon pebisnis, katakanlah seperti itu. Lebih gampangnya, dari seseorang dengan persepsi dan pola pikir Ilmu Alam (IA) menjadi orang yang harus mengubah persepsi dan pola pikir ke bidang Ilmu Sosial (IS). Bagi saya perubahan itu berat dan menantang. Namun Tuhan Maha Mengetahui masa depan, dan Alhamdulillah hingga saat ini saya tetap pada pendirian saya dan sangat mencintai dunia bisnis, kewirausahaan, akuntansi, dan bidang-bidang lain yang sejenis. Jujur, saya selalu tersenyum kecil ketika mengingat bagaimana saya dahulu. Terlalu kaku dan terpaku.
Sekarang, saya bangga atas keberanian saya dalam mengambil resiko dan kesediaan untuk “pindah jalur.” Saya merasa pilihan saya tepat, dan saya harus tetap tegar menjalani walau aral datang silih berganti. Pengalaman memberikan saya kebijaksaan dan membukaan pintu peluang yang lebih besar. Dengan keteguhan usaha, belajar, berdoa, dan menjalin hubungan baik dengan siapa saja, pada bulan April 2011 lalu secara berturut-turut saya dilantik menjadi anggota honor society Sigma Beta Delta Honor Society, atas prestasi dan performa saya di bidang bisnis, marketing, dan akuntansi, dan Alpha Chi Honor Society, atas prestasi saya menduduki top 10% dari total mahasiswa berdasarkan IPK dan keaktifan dalam beorganisasi. Ternyata berkah Allah SWT tidak berhenti sampai disitu. Salah satu penghargaan paling bergengsi di dunia pendidikan tinggi di Amerika Serikat bernama Who’s Who Among Students in American Universities and Colleges Award berhasil saya raih di awal bulan Desember 2011 ini. Tak ada yang patut saya lakukan kecuali bersyukur.
Mohon maaf, saya tidak sedang menyombongkan diri. Saya menyampaikan semua ini agar Anda, para pembaca dan pencari beasiswa, terpacu, terinspirasi, dan berani mengambil resiko. Kondisi keluarga, latar belakang, dan keterbatasan ekonomi bukanlah suatu halangan, apalagi dijadikan excuse untuk tidak mencoba dan berusaha. Bagi Anda para pembaca dan pemburu beasiswa, saya ingin menyampaikan:
(1)   Tuhan terkadang menyelipkan gambaran masa depan dengan cara-cara yang tidak biasa. Maka dengan cara yang tidak biasa pulalah Anda harus berjuang.
(2)   Ketakutan akan perubahan adalah penyebab Anda susah untuk maju. Beranilah untuk berubah, beranilah untuk tidak stabil, dan beranilah mengubah resiko sebagai peluang. Perubahan, apapun bentuknya, akan membawa Anda pada suatu fase kehidupan baru yang akan mengubah pola pikir Anda terhadap suatu hal. Tentunya kita semua berharap semua perubahan mengarah kepada kebaikan dan kemanfaatan.
(3)   Be Flexible. Menyambung point saya sebelumnya, ke-fleksibilitas-an kita menentukan langkah kita kedepannya. Bagaimana jika saya tetap memilih tetap di Indonesia dan meniti karir sesuai minat awal saya? Tidak, saya tidak pernah mengatakan Teknik Perminyakan atau jurusan lainnya tidak bagus. Konteksnya, jika saya tetap berkeras pada minat awal saya, kisah saya tentunya akan berbeda. Mungkinkah saya bisa kuliah ke Amerika dengan Full Scholarship seperti saat ini? Atau mungkinkah saya bisa menjadi bagian dari Radio PPI Dunia dan mengenal orang-orang Indonesia yang hebat di seluruh dunia? Atau mungkinkah saya bisa diundang dalam sebuah acara talk show di TV seperti beberapa bulan silam? Saya serahkan semua jawaban kepada anda. Anggaplah saya sebagai diri Anda yang lain, dan anggaplah kisah saya sebagai analogi dari kisah Anda yang lain. Di mana Anda berdiri?
(4)   Ambil kesempatan. The more, the better. Gunakan semua sarana dan media yang Anda ketahui untuk berburu seperti internet, jurnal, surat kabar, newsletter, majalah, dst. Jangan sampai “mangsa” Anda lebih cepat dari gerakan Anda mengayunkan tombak atau kecepatan peluru dari senjata Anda. Saya percaya bahwa kesempatan itu selalu ada, dan saya yakin kecepatan “mangsa” tidak lebih cepat dari kecepatan saya menjawab tantangan. Indikasi termudah adalah: Dimana ada tantangan, disitu ada peluang. Jadi, carilah tantangan dan taklukan.
(5)   Google search. Apabila Anda memiliki negara tujuan tertentu yang ingin dikunjungi, cukup ketik “Persatuan Pelajar Indonesia di (negara tujuan),” atau “PPI (negara).” Sebagian besar PPI, jika tidak semua, memiliki website. Sebagian website memiliki halaman tersendiri yang membahas peluang beasiswa. Jika tidak, cari kontak informasi admin dan tanyakan tentang peluang beasiswa. Jika Admin tidak mengerahui, Admin biasanya (atau katakan dalam email kepada Admin untuk forward email Anda) meneruskan pertanyaan Anda kepada orang yang sekiranya memiliki informasi seputar beasiswa.
(6)   Bergabunglah bersama Radio PPI Dunia. Radio PPI Dunia adalah wadahnya mahasiswa hebat Indonesia di luar negeri. Masing-masing dari mereka memiliki informasi berharga yang bisa Anda gunakan sebagai tambahan senjata dalam perburuan Anda. Mungkin ada beberapa dari mereka, pendengar ataupun penyiar, yang bersedia membantu proses pemburuan Anda dari awal sampai akhir. Who knows? Kunjungi websitenya http://radioppidunia.org/index.php/chat-listen dan nikmati hiburannya.
(7)   Ingat DUIT. Doa, Usaha, Iman, dan Tawakkal. Wassalam.
Personal Website: http://nugroho.webs.com
Twitter: @nnugrohoo

Leave a Reply