- -

Berburu beasiswa bisa disamakan dengan berburu pekerjaan. Teknik yang diperlukan dalam mencari pekerjaan agar “harga jual” kita terlihat lebih tinggi atau sesuai dengan kemampuan kita yang sebenarnya juga bisa diterapkan dalam mencari beasiswa. Layaknya saat kita melamar pekerjaan, kita perlu menunjukkan kemampuan diri kita yang sebenarnya di hadapan para juri, agar anda terpilih menjadi pemenang beasiswa. Dalam artikel ini, saya hanya akan membahas teknik menjual diri pada jenis-jenis beasiswa yang menggunakan metode penilaian based on documents saja. Untuk teknik wawancara dalam beasiswa saya tidak menguasainya, karena saya belum pernah mengikuti beasiswa metode tersebut.
Curriculum Vitae
Membuat riwayat hidup (Curriculum Vitae/CV) yang menarik dalam melamar pekerjaan tentu sebagian besar anda sudah tau. Hal yang serupa bisa anda terapkan dalam melamar beasiswa. Namun mayoritas CV tidak diperlukan sebagai sebuah dokumen resmi yang harus anda submit ke pengelola beasiswa/kampus. CV biasanya hanya digunakan untuk berkorespondensi dengan prospective supervisor, hal ini digunakan untuk menilai sejauh mana kemampuan anda dalam dunia akademik dan kesesuaian apa yang telah anda kerjakan dengan bidang riset yang Profeesor tersebut kuasai.
Sedangkan dalam aplikasi beasiswa biasanya telah disediakan formulir tersendiri yang sebenarnya berfungsi seperti CV, hanya saja lebih spesifik pada  hal-hal yang berkaitan dengan dunia akademik yang dibutuhkan oleh kampus/pengelola beasiswa dalam menilai diri anda.
Untuk CV yang kita kirim kepada prospective supervisor, sebaiknya memuat tentang data diri anda yang mendasar (foto diri yang resmi, nama, alamat, nationality, nomor telpon, email, dll), riwayat pendidikan (sebaiknya dimulai dari pendidikan terakhir yang diterima), pengalaman pekerjaan, pengalaman riset (jika ada), penghargaan yang pernah diterima (termasuk beasiswa) dan yang terakhir adalah publikasi ilmiah yang kita miliki (termasuk skripsi dan thesis).
Ada banyak rupa format pembuatan CV akademik yang bisa anda temukan melalui Google, mungkin salah satunya yang umum adalah format Europass (digunakan sebagai standard Eropa), atau kalau ingin yang sederhana anda bisa menengok CV saya.


Research Plan
Sebagai seorang calon mahasiswa pascasarjana, anda perlu mengubah mindset anda, yakni pendidikan pascasarjana adalah pendidikan yang berorientasi riset. Sehingga dibutuhkan sebuah rencana studi/penelitian (research/study plan) yang baik sebelum memutuskan untuk menempuh jenjang pendidikan tersebut. Research Plan yang baik disusun secara terstruktur namun sederhana, sbb:
  1. Introduction/Background. Pada bagian ini, kita perlu mengindentifikasi permasalahan yang terjadi dan ingin kita tinjau lebih komprehensive secara ilmiah, lalu tunjukkan juga originalitas penelitian kita dibanding dengan penelitian yang serupa yang telah dilakukan.
  2. Methodology. Solusi pemecahan ilmiah atas permasalahan yang kita sebutkan pada bagian introduction/background perlu kita jelaskan secara singkat. Solusi inilah yang akan menjadi bagian inti dari pekerjaan/penelitian kita nanti. Periksa dengan baik bahwa metode yang anda lakukan ini original dan inovatif serta berbeda dengan yang sudah pernah dilakukan.
  3. Expected Results/Hypothesis. Berdasarkan metodologi yang kita ajukan dalam memecahkan permasalahan, maka kita tentunya mengharapkan agar persoalan yang kita ajukan di awal tadi dapat diselesaikan dengan baik. Nah, di bagian ini tunjukkan hal-hal apa saja yang anda harapkan dapat diselesaikan atau bahkan ditemukan dari penelitian yang akan dilakukan.
  4. References. Tuliskan beberapa rujukan yang telah anda baca dan menjadi dasar penelitian anda.  Ingat, bahwa dalam dunia ilmiah, menuliskan referensi menjadi semacam “kewajiban” yang harus dipenuhi.
Secara sekilas, Research Plan hampir mirip dengan Thesis Proposal. Perbedaannya hanyalah pada Thesis Proposal tidak dibatasi jumlah halamannya, sedangkan Research Plan biasanya diwajibkan untuk ditulis hanya dalam 3-4 halaman saja. Oleh karena itu, penggunaan kosa kata yang singkat, jelas dan langsung menuju pada akar persoalan adalah penting agar apa yang kita maksud dapat termuat di dalamnya serta bisa dengan mudah dipahami oleh pembaca. Research Plan biasanya perlu disubmit bersamaan dengan dokumen aplikasi beasiswa yang lainnya.
Motivation Letter/Personal Statement
Menurut saya, tidak ada perbedaan antara motivation letter dan personal statement. Kedua-duanya sama-sama membutuhkan pernyataan latar belakang diri kita dan latar belakang kita mendaftar beasiswa tersebut, kemudian perlu juga kita menunjukkan harapan kita jika kita menerima beasiswa tersebut dan juga rencana kedepan kita setelah selesai menempuh studi.
Surat ini meski terlihat sepele tapi mempunyai arti yang penting bagi para juri beasiswa, karena biasanya mereka ingin tahu motivasi dan rencana kedepan kita, apakah kedua hal tersebut sesuai dengan misi dan visi pemberian beasiswa atau tidak, sehingga diharapkan ketika anda terpilih sebagai penerima beasiswa kelak akan memberikan kontribusi yang nyata sejalan dengan apa yang diharapan oleh pendonor beasiswa. Oleh karenanya, pastikan bahwa anda memahami visi dan misi lembaga pemberi beasiswa, lalu pastikan juga bahwa hal tersebut sejalan dengan harapan dan impian anda. Contoh motivation letter bisa anda cari dengan mudah di internet, atau silahkan baca motivation letter saya.
Brief Description of Academic Achievements
Mungkin anda baru mendengar dokumen ini, saya membuat dokumen ini saat melengkapi aplikasi beasiswa Monbukagakusho U to U di Kyoto University. Setelah mencoba mencari-cari referensi tentang dokumen ini sebelumnya di internet, dan menggabungkan dengan pemahaman pribadi saya tentang dokumen ini, akhirnya saya menyelesaikannya.
Menurut pemahaman saya, brief description of academic achievements itu menjelaskan tentang apa saja prestasi akademik yang telah kita capai selama ini. Saya menuliskan prestasi akademik yang pernah saya raih dari sejak SD hingga tingkat Master, kenapa saya menuliskannya sejak dari SD? karena beasiswa Monbukagakusho mensyratkan adanya minimum jenjang pendidikan yang harus kita tempuh yakni minimal 16 tahun untuk bisa mendaftar jenjang Doktoral, jika kurang dari itu maka akan secara otomatis gugur. Berbagai penghargaan/ranking yang pernah saya capai sewaktu sekolah dan kuliah saya jelaskan dengan singkat dan padat. Begitu pula pengalaman organisasi dan publikasi ilmiah yang saya miliki turut serta saya tulis, namun hanya secara sederhana dan singkat saja. Contoh brief description of academic achievements yang pernah saya submit saat mendaftar beasiswa Monbukagakusho U to U di Kyoto University bisa dilihat di sini.

Source : PPI-Kyoto

Leave a Reply